Monday, August 13, 2007

Pantai Surga, NTB; Surga Para Peselancar

Para wisatawan mancanegara itu begitu bahagia bercengkerama bersama di permukaan air yang bening dan biru. Sesekali mereka mengapung untuk beberapa saat, kemudian dengan mengangkat badannya, berdiri di atas papan selancar, dan akhirnya bergerak meliuk–liuk mengikuti arah ombak ke arah pesisir.

Ketika air surut, mereka berenang ke arah tengah lautan sembari mengamati gerakan air. Begitu ombak bergulir, mereka pun meluncur mengikuti gerakan air ke tepian pantai.

Itulah pemandangan yang menonjol di Pantai Surga, kawasan Teluk Ekas, Dusun Lendang Terak, Desa Pemongkong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Teluk ini seperti umumnya perairan selatan Pulau Lombok yang berhadapan langsung dengan Samudra Indonesia, menjadi alternatif para peselancar. Kawasan Pantai Kute, Tanjung An, Gerupuk, dan Mawon, di Lombok Tengah, serta desert point Bangko–Bangko di Lombok Barat adalah pilihan lain bagi para peselancar tersebut.

Lokasi–lokasi berselancar itu umumnya memiliki garis pantai yang indah, berair jernih, dan nuansa petualangannya pun demikian terasa, seperti kawasan Teluk Ekas.

Kerry Black, pakar terumbu karang buatan untuk selancar asal Selandia Baru, mengatakan, ombak di daerah di sekitar Teluk Ekas sangat bagus dan disenangi para peselancar. "Tengoklah dari kejauhan, bukit–bukit itu bagaikan putri sedang berbaring," tutur Black seraya menunjuk gugusan bukit membentang dari utara dan ke barat Teluk Ekas. "Jika berdiri di bukit tersebut, Anda bak menikmati heaven on the planet," kata Black menambahkan.

Dia pun memerinci nuansa petualangan dimaksud. Pada malam hari di tempat ini debur ombak dan suara binatang malam yang bersahutan membuat hati terbuai. Sayangnya, untuk menuju tempat itu, orang harus melalui jalan sepanjang 12 kilometer dari Dusun Jor ke Dusun Lendang Terak yang aspalnya sudah mengelupas dan berlubang.

Setelah itu, jalan yang tersedia hanya berupa jalan tanah yang diapit semak belukar dan bukit dan hanya bisa dilewati satu kendaraan roda empat. Ketika jalan dibasahi air hujan, kendaraan roda empat biasa yang bukan gardan ganda dijamin tak mampu melewati kawasan itu. Selain sepi penduduk, di lokasi itu pun jarak permukiman warga yang ada umumnya berjauhan satu dengan lainnya.

Bagi mereka yang senang melakukan snorkeling atau penyelaman, tempat itu tidaklah terlalu menarik. Pemandangan bawah airnya biasa–biasa saja, kalah beragam jika dibandingkan dengan obyek wisata Gili Terawangan, Lombok Barat. Ikan kerapu, ekor kuning, lele laut, lobster, gurita, ikan hias (clawn fish), dan koral merah (red coral) berbentuk kipas memang ada di sana, tetapi pemandangan keseluruhannya bisa dibilang biasa saja.

Sekarang ini memang ombak yang menjadi daya tarik utama wisatawan untuk mengunjungi Pantai Surga atau Pantai Ekas yang pantainya sama–sama berpasir putih. Di perairan teluk yang berjarak 70 kilometer arah tenggara Mataram itu, pada musim tertentu, tinggi gelombang atau ombak mencapai lima meter.

Di teluk yang pernah disapu tsunami pada tahun 1977 tersebut terdapat dua jenis ombak, yakni dua ombak kiri dan tiga ombak kanan, dengan bentuk pipa (pipe), dinding (wall), dan heavy. Pada ombak kiri, peselancar biasanya akan terdorong/meluncur ke kiri. Hal serupa berlangsung pada ombak kanan.

Menurut keterangan para pemandu wisata di sana, lama tinggal wisatawan mancanegara di kawasan itu paling lama 21 hari. Mereka tinggal di sebuah penginapan yang pembangunannya masih dalam tahap penyelesaian, meski hanya menyediakan 11 kamar.

Meski demikian, fasilitas yang terbatas itu bukan halangan bagi peselancar. "Mereka bahkan tidak jarang tidur bergerombol di restoran penginapan itu, selain ada pula yang membawa tenda, atau tidur di hammock (tempat tidur gantung) yang diikatkan pada dua batang pohon," tutur Naim, pemandu wisata.

Ia menambahkan, setiap bulan ada sekitar 50 wisatawan mancanegara menginap di sekitar itu dengan masa tinggal paling sedikit empat hari. Karena itu, bagi yang menyukai petualangan seperti itu, mengapa tidak mencoba keindahan Pantai Surga.

TWM Jonggol, Jabar; Wisata Kebun Keluarga

Walaupun sudah diresmikan sejak 1995, popularitas Taman Buah Mekarsari tidak sebesar tempat wisata lainnya. Kini tempat itu mencoba mengejar ketertinggalannya dengan mengubah diri tidak lagi sekadar taman buah, tetapi menjadi Taman Wisata Mekarsari. Intinya, setiap keluarga bisa berwisata di tengah taman buah.

Berubahnya konsep Taman Wisata Mekarsari (TWM) dari sekadar taman buah menjadi taman wisata, tentunya diiringi perubahan fasilitas yang ada di sana. Dulu pengunjung memang hanya bisa menikmati berbagai macam buah, terutama buah tropis dan buah-buah langka yang ada di Indonesia. Pengunjungnya pun rata-rata adalah orang yang berminat pada tanaman buah atau mahasiswa yang melakukan penelitian.

Sejak 2004, TWM mencoba memusatkan perhatian pada hiburan untuk seluruh anggota keluarga sambil menumbuhkan kecintaan pada tanaman. Menurut Yuliati, staf Marketing dan Humas PT Mekar Unggul Sari yang mengelola TWM, perubahan konsep ini memang dilakukan karena ingin melebarkan layanan kepada masyarakat. Pengunjung tidak hanya mencicipi buah hasil budidaya TWM, tetapi juga mendapatkan kegembiraan dengan segala fasilitas permainan dan hiburan yang ada. "Lagi pula agar pengunjung mempunyai alternatif hiburan lain, jika tidak bisa memetik buah karena tidak bertepatan dengan waktu panen," kata Yuliati.

Lokasi TWM sekitar 13 kilometer dari pintu tol Cibubur (Jagorawi), di Jalan Raya Cileungsi-Jonggol Kilometer 3, Cileungsi, Kabupaten Bogor. Dengan luas areal 264 hektar, TWM memiliki koleksi kurang lebih 44 famili, 362 spesies, dan 1.463 varietas tanaman dari berbagai daerah di Indonesia, seperti buah nanas, durian, melon, rambutan, mangga, manggis, hingga belimbing. Semua buah ini tersedia dengan berbagai macam jenis dan asal buah.

Selain itu, TWM melakukan penyilangan terhadap berbagai macam jenis buah sehingga menghasilkan buah dengan kualitas yang baik. Misalnya saja nangkadak, yakni buah hasil penyilangan antara nangka dan cempedak. Kulit buah tidak terlalu tebal, tetapi daging buahnya tebal seperti nangka, tetapi tidak sewangi cempedak. Rasanya juga manis. Di TWM juga tersedia buah-buah langka seperti matoa, sawo kecik, gayam, buah nona, kesemek, dan namnam atau kepel, dan juga kemang.

Untuk masuk ke TWM, setiap pengunjung harus membayar tiket masuk seharga Rp 10.000 per orang dan anak-anak Rp 9.000. Adapun untuk berkeliling melihat seluruh fasilitas kebun buah, pengunjung bisa menggunakan kereta keliling dengan membayar Rp 3.000 per orang.

Pengunjung boleh berhenti di tempat-tempat wisata yang diinginkan dan melanjutkan perjalanan dengan kereta berikut tanpa dipungut bayaran lagi. Jika kebun buah yang didatangi sedang panen, pengunjung boleh membeli dengan memetik langsung buah di pohon. Sementara jika sedang tidak panen atau lewat waktu panen, pengunjung bisa membeli buah di kios yang ada di kebun atau di toko buah di areal Graha Krida Sari (gedung pusat informasi).

Bagi pengunjung yang memang ingin merasakan memetik buah sendiri, ada baiknya untuk menelepon dulu ke pengelolanya atau menanyakan ke informasi buah apa yang bisa dipanen. Banyak pengunjung yang kecewa karena ketika datang ternyata tidak bisa merasakan memetik buah karena bukan waktu panen. Ketika Kompas datang, dikatakan buah yang sepanjang waktu bisa dipanen adalah melon. Namun ternyata juga tidak bisa memetik karena belum waktunya panen.

Untuk mengobati rasa kecewa karena tidak bisa memanen, pengunjung bisa menikmati taman keluarga. Anak-anak bisa mengunjungi kebun binatang kecil dan naik kuda, atau bermain di taman bermain. Ibu bisa memetik sayuran di kebun sayur, seperti terong dan kacang panjang, sedangkan ayah bisa memancing. Tiket masuk ke taman keluarga ini Rp 3.000 per orang, sewa pancing dan umpan Rp 6.000, sedangkan sayur hasil petikan dan ikan hasil pancingan ditimbang untuk dibayar.

TWM juga menyediakan fasilitas belajar menanam bagi anak-anak. Anak akan diberi satu pot, media tanam, alat-alat menanam, dan pohon yang akan ditanam. Anak akan diajarkan bagaimana pohon yang ada di kantong tanam plastik (polybag) dipindahkan ke pot. Setelah itu, pohon hasil tanamnya boleh dibawa pulang.

Dengan belajar menanam ini, diharapkan akan tumbuh rasa cinta pada tanaman di dalam diri anak-anak. Selain itu, juga rasa tanggung jawab anak untuk selalu menyiram tanaman agar tidak mati. Fasilitas Kids Farmer ini hanya tersedia pada Selasa sampai Jumat dan bisa diselenggarakan minimal empat anak dengan harga Rp 37.000 per orang.

TWM sebenarnya juga mempunyai paket-paket untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang budidaya tanaman, seperti belajar membuat kultur jaringan, biologi bunga, dan kunjungan ke laboratorium biosari. Namun, paket ini hanya disediakan bagi sekolah atau universitas dengan jumlah peserta minimal 30 orang.

Bagi pengunjung yang tertarik membeli tanaman hasil budidaya TWM, baik tanaman buah maupun bunga, bisa membeli di Garden Center. Di sana tersedia tanaman hias, bibit, media tanam, pupuk, dan juga tabulampot (tanaman buah dalam pot).

Bukit Barisan, Sumsel; Surga Petualang Arung Jeram

Bila berminat berwisata, sekaligus olahraga dan bertualang, olahraga arung jeram beberapa sungai di Sumatera Selatan, menawarkan itu. Kondisi geografis wilayah sebelah barat Sumatera Selatan yang berbatasan dengan Bukit Barisan, menjadi "surga" bagi penggemar dan yang suka dengan tantangan dan pengalaman baru.

Sejumlah anak sungai yang berarus deras dan berjeram (white water) tersebar di berbagai lokasi. Baru-baru ini, tim mahasiswa pencinta alam Wigwam (Fakultas Hukum Unsri), mengarungi jeram di hulu Sungai Manna (sebelah Tenggara Gunung Dempo). Sungai Manna yang membelah bagian Selatan Provinsi Bengkulu bagian hulunya berada di wilayah Sumsel.

Lokasi start di kota Kecamatan Tanjungsakti (Lahat) berada di Bukit Barisan, biasa digunakan penggemar olahraga arung jeram. Dari awal, sungai ini memiliki tingkat kesulitan bervariatif. Memang lokasi ini pun ditawarkan untuk paket wisata, namun grade (tingkat kesulitan), tentu membutuhkan pemandu (guide) yang berpengalaman. Lokasi biasanya diu pilih, karena menjadi titik terdekat untuk turun ke sungai. Dari sini, sungai cukup lebar dan arus yang yang terdengar bergemuruh. Arus deras yang ditawarkan di bagian ini, rasanya sudah cukup meningkatkan pacuan adrenalin tubuh.

Tonjolan batu membentuk aliran air dan menimbulkan, memerlukan tenaga ekstra untuk melewatinya. Ayunan ombak di sini, masih bisa disaksikan penduduk desa. Hanya dalam hitungan detik, tak waktu berleha-leha, di ujung alur sungai membentuk pelataran arus yang relatif tenang, memberikan kesempatan untuk menarik napas dan sedikit untuk beristirahat.

Keindahan alam, tebing di kiri-kanan sungai menawarkan keindahan alam hutan hujan tropis. Arus tenang ini, hanya 50 meter, di depan sudah menunggu jeram yang tak kalah mendebarkan. Tim seolah "dibangunkan" oleh skipper (juru mudi) untuk bersiap melalui jalur sempit. Di jalur sepanjang 15 kilometer yang ditempuh, setidaknya ada dua jeram yang membutuhkan konsentrasi tim secara penuh. Jeram yang membentuk patahan (hole) dan batuang padas pinggiran sungai, serta kelokan arus di ujung jeram yang membentuk cekunngan dan arus memutar.

Olahraga arung jeram memang belum begitu populer di wilayah ini. Penggemarnya baru sebatas kalangan penyuka (outdoor). Aktifitas ini masih dikategorikan olahraga berisiko tinggi, bila prosedur standar dan tingkat kemampuan (skill) tidak diperhatikan. Termasuk jeram Sungai Manna, dengan kategori kesulitan maksimal grade-IV. Sehingga tidak aneh jika perkembangannya tidak begitu populer, selain lokasinya relatif membutuhkan waktu cukup lama.

Lokasi arung jeram Sungai Manna ini, misalnya, kalah populer di kalangan penggemarnya dibandingkan lokasi arung jeram yang sudah dijadikan kawasan wisata di Pulau Jawa. Juga tak sepopuler Sungai Alas (di utara Sumatera) atau bahkan Memberamo di Papua, yang telah mendunia.

Lokasi start awal Jeram Manna yang berada di wilayah Kabupaten Lahat, titik awal ini terletak sekitar 40 kilometer dari Kota Pagaralam. Peralatan pun relatif mudah didapat, ada operator penyelenggara termasuk pemandu, yang berdomisili di Pagaralam. Olahraga ini relatif baru dikenalkan kepada masyarakat Sumsel, walaupun sudah ada wadah organisasinya FAJI (Federasi Arung Jeram Indonesia) 1997 lalu.

Potensi ini pula yang ditawarkan pengelola pariwisata daerah itu. Selain, lokasi arung jeram Sungai Lematang, terutama ruas Pelangkenidai-Lematang Indah (air terjun). "Untuk petualangan, jalur Lematang Indah (Pagaralam)-Endikat, belum banyak dilalui. Jeram-jeram dan alamnya 'luar biasa'," kata Ketua FAJI Sumsel, Koesmiran SH, operator Permata Jeram.

Bila jalur ini kurang terjamah, justeru jalur Endikat-Lahat, relatif sudah lebih dulu dikenal kalangan penggemar arung jeram. "Lumayan bagus, risikonya mungkin lebih rendah. Pengarungan sekitar empat jam," ujar Anca dari Wigwam.

Lahat dan Pagaralam sudah menawarkan lokasi arung jeram untuk wisata. Sungai Enim (Muaraenim), dari Begedung (Semendo) akhir tahun 2005 menyelenggarakan kejuaraan nasional pengarungan jeram (down-river). Sungai Rawasulu (Musirawas) dijadikan lokasi wisata. Sungai Selabung dan Saka (Muaradua, OKU Selatan), dua sungai ini belum banyak dijamah kalangan pengarung jeram. Inilah lokasi-lokasi arung jeram yang menantang untuk dijelajahi kalangan petualang dan wisata.

Flores, NTT; Kenali Taman Nasional Komodo

Pulau Flores dan sekitarnya seperti Pulau Lembata, Adonara, Solor, dan Komodo, dikenal kaya dengan obyek wisata yang unik, dan bernilai tinggi. Empat obyek wisata di antaranya sudah dikenal hingga mancanegara, yakni biawak raksasa komodo di Komodo, taman laut Riung, danau berwarna Kelimutu, dan perburuan paus kotaklema di Lamalera.

Obyek-obyek wisata tadi berada dalam satu lintas tujuan wisata nasional, yakni Bali dan Senggigih di Lombok (Nusa Tenggara Barat). Meski demikian, obyek wisata di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) tadi belum dikelola secara maksimal. Belum bernilai ekonomis bagi daerah dan penduduknya, serta sepi kunjungan wisata.

Kiprah wisata di Flores terputus, tidak hanya dari arah barat (Bali dan Lombok), tetapi juga daratan pulau itu sendiri. Flores yang kini meliputi tujuh kabupaten, termasuk Lembata, belum memiliki payung bersama dalam mengelola pariwisatanya. Mereka masih asyik berjuang sendiri-sendiri.

Tidak dapat disangkal, biawak raksasa komodo yang menghuni kawasan Taman Nasional Komodo (TNK) di Manggarai Barat, ujung barat Pulau Flores, adalah kekhasan Indonesia. Biawak dari zaman prasejarah ini masih hidup hingga di zaman modern seperti sekarang ini, dan menjadi daya tarik satu-satunya yang dimiliki dunia saat ini.

TNK terkenal hingga pelosok dunia karena menyimpan dua objek wisata berdaya tarik tinggi. Selain kadal raksasa komodo tadi, juga bentangan kawasan perairannya yang kaya berbagai jenis biota lautnya.

Biawak komodo (Varanus komodoensis)—reptil darat terbesar di dunia—di TNK hidup menyebar di Pulau Komodo, Rinca, dan Gilimotang. Sekitar 2.000-an ekor reptil ini disebut ora oleh masyarakat setempat dan termasuk binatang pemakan bangkai dan terkadang kanibal. Mangsa yang sekaligus menjadi makanannya adalah rusa, babi hutan, kerbau dan kuda liar.

Kekuatan lain dari TNK adalah kekayaan kandungan air lautnya. Kawasan laut TNK seluas 132.572 hektar, memiliki kandungan biota tergolong kaya di dunia. Hasil penelitian bahkan menyebutkan terumbu karang dalam kawasan TNK sebagai terindah di dunia karena bentuk dan warnanya beraneka. Terumbu karangnya terdiri dari 260 jenis.

Di perairan TNK terdapat lebih dari 1.000 jenis ikan bernilai ekonomis tinggi, seperti kerapu dan ikan napoleon (Chelinus undulatus), jenis ikan langka yang menjadi hidangan bergengsi di China.

Perairan TNK juga merupakan tempat berlindung dan bertelur berbagai jenis ikan karang, penyu hijau dan penyu sisik. Perairan yang sama merupakan jalur lintasan sekitar 10 jenis paus, enam jenis lumba-lumba dan ikan duyung dugong.

Setelah mengunjungi TNK biasanya perjalanan wisata di Flores akan dilanjutkan antara lain menuju Riung di Kabupaten Ngada. Selain memiliki perairan laut yang jernih, pulau kelelawar Ontoloe, serta pulau-pula berpasir putih, Riung juga menyimpan potensi taman laut yang indah.

Perjalanan wisata ke kawasan Pulau Flores terasa tidak lengkap jika wisatawan tidak menyempatkan diri mengunjungi danau berwarna Kelimutu di Ende. Obyek wisata yang satu ini menyimpan misteri alam yang tiada duanya karena warnanya berubah-ubah dari waktu ke waktu.

Danau ajaib itu ditemukan oleh Van Suchtelen, pegawai pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1915. Danau vulkanik itu dianggap ajaib atau misterius karena warna ketiga danau itu berubah-ubah, seiring dengan perjalanan waktu. Awalnya, Kelimutu memiliki tiga danau masing- masing berwarna merah, putih, dan biru. Selalu berubah-ubah dalam setiap waktu, dan pada medio Oktober ini, dua dari tiga danau itu berwarna coklat, lainnya hijau.

Bedugul, Bali; Suasana Lain Pariwisata Bali

Jalan-jalan ke Bali tanpa menyambangi Bedugul? Ah, sayang sekali. Tahkukah Anda, kawasan wisata yang berada di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan ini memiliki banyak hal menarik yang layak Anda nikmati. Tak hanya suasana pegunungan yang sejuk, Bedugul juga memiliki tiga buah danau yang luar biasa indah. Ada Danau Beratan, Tamblingan, dan Buyan.

Anda yang suka menikmati dan mengamati tanaman, Kebun Raya Bedugul, tak boleh dilewatkan. Selain mengoleksi aneka tanaman konservasi, kebun raya ini juga ditumbuhi ribuan jenis anggrek. Bahkan, Anda yang ingin memacu adrenalin, tersedia pula sarananya di sini, yakni objek wisata petualangan Treetop. Dan untuk urusan perut, silakan cicipi satai dan gulai kelinci.

Terhampar di ketinggian 1.250 meter di atas permukaan laut, Bedugul berhawa sejuk. Tak heran, kawasan ini sejak lama dikenal sebagai tempat peristirahatan. Pada zaman penjajahan, banyak orang Belanda yang membangun pesanggrahan di sana dengan view menghadap danau. Kini, masyarakat lokal pun membangun tempat-tempat peristirahatan di sana. Ada yang dipakai sendiri, ada pula yang disewakan.

Dibanding kawasan wisata lain di Bali, Bedugul memang beda. Hawa yang sejuk dan suasana yang tenang membuat orang betah berlama-lama di sana. Biasanya, wisatawan yang datang dan menginap di Bedugul adalah wisatawan 'berkelas'. Mereka tinggal di sini agak lama untuk menikmati ketenangan.

Wisatawan juga bisa sepuasnya menikmati keindahan danau sembari berperahu keliling danau atau memancing. Jika enggan berperahu atau memancing, Anda bisa duduk berlama-lama di restoran di tepi danau sambil melepas pandangan jauh ke tengah danau. Jagung rebus, yang dijajakan para pengasong, bisa menjadi teman setia. Jagung hangat yang masih mengepul itu bisa Anda beli dengan 'uang kecil' Rp 700 per biji.

Bedugul bukanlah kawasan wisata yang mahal. Harga makanan dan tarif penginapan relatif murah. Ingin menginap dengan tarif Rp 40 ribu per malam? Tak sulit mendapatkannya di Bedugul, yang dikenal sebagai kawasan penghasil dan pemasok sayur-sayuran untuk Denpasar. Namun, jika menginginkan penginapan yang lebih bergengsi, Anda bisa memilih sebuah vila berisi dua kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dan dapur dengan tarif Rp 300 ribu per malam.

Untuk makanan, jangan khawatir akan menguras kantong Anda. Dibanding Nusa Dua, Kuta, Sanur, dan Denpasar, harga makanan di Bedugul relatif lebih murah. Hanya dengan Rp 6.000, Anda sudah dapat menikmti satu porsi nasi campur dan segelas teh manis. Sementara di Denpasar, makanan serupa mesti Anda tebus dengan harga Rp 8.000, bahkan bisa mencapai Rp 20 ribu jika Anda membelinya di Nusa Dua.

Untuk makanan, sempatkan mencicipi makanan khas Bedugul yakni satai kelinci. Harganya cukup murah, hanya Rp 6.000 untuk satu porsi atau sepuluh tusuk. ''Kita tidak membedakan harga. Walau yang berbelanja wisatawan asing, harga tetap lokal,'' kata Patakun, pemilik warung satai kelinci di Pasar Bedugul.

Anda yang ingin bersantap dengan menu lain juga tersedia. Ada nasi campur, ayam goreng, atau satai/gulai kambing. Bagaimana dengan kehalalan makanan-makanan itu? Tentu, Anda harus menanyakannya. Namun jangan terlampau khawatir, sebab pedagang makanan di Bedugul yang rata-rata Muslim, sangat memperhatikan soal ini.

Kawasan wisata sebaik Bedugul, mestinya bisa menyerap wisatawan secara maksimal. Namun faktanya, wisatawan asing yang datang ke sini tak lebih dari 20 persen dari total jumlah wisatawan yang datang ke Bali. Itu pun hanya sebagian kecil saja yang menginap. ''Kami menyediakan penginapan dan disewakan untuk wisatawan, tetapi hingga kini belum banyak yang memanfaatkannya,'' kata Wenni S Lestari, petugas Humas Kebun Raya Eka Karya Bedugul.

Sementara wisatawan domestik, umumnya tidak mendapat informasi lengkap mengenai kawasan wisata ini. Alhasil, mereka lebih memilih tinggal di Denpasar ketimbang Bedugul. Padahal, jika melihat jarak tempuh yang hanya 45 km dari Denpasar, mestinya Bedugul menjadi alternatif mereka untuk menginap. Belum lagi jika mengingat tarif penginapan dan harga makanan yang lebih murah.

Melakukan perjalanan wisata ke Bedugul sebenarnya sangat menguntungkan. Ini karena biro perjalanan wisata biasanya menempatkan wisata ke Bedugul dalam satu paket dengan kunjungan ke objek wisata lainnya seperti Hutan Kera Sangeh, Pura Taman Ayun, dan Pura Tanah Lot. Jika berkunjung ke Bedugul pagi hingga siang hari, maka sore harinya dimanfaatkan untuk menikmati panorama matahari terbenam di Tanah Lot.

Bedugul, Bali; Suasana Lain Pariwisata Bali

Jalan-jalan ke Bali tanpa menyambangi Bedugul? Ah, sayang sekali. Tahkukah Anda, kawasan wisata yang berada di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan ini memiliki banyak hal menarik yang layak Anda nikmati. Tak hanya suasana pegunungan yang sejuk, Bedugul juga memiliki tiga buah danau yang luar biasa indah. Ada Danau Beratan, Tamblingan, dan Buyan.

Anda yang suka menikmati dan mengamati tanaman, Kebun Raya Bedugul, tak boleh dilewatkan. Selain mengoleksi aneka tanaman konservasi, kebun raya ini juga ditumbuhi ribuan jenis anggrek. Bahkan, Anda yang ingin memacu adrenalin, tersedia pula sarananya di sini, yakni objek wisata petualangan Treetop. Dan untuk urusan perut, silakan cicipi satai dan gulai kelinci.

Terhampar di ketinggian 1.250 meter di atas permukaan laut, Bedugul berhawa sejuk. Tak heran, kawasan ini sejak lama dikenal sebagai tempat peristirahatan. Pada zaman penjajahan, banyak orang Belanda yang membangun pesanggrahan di sana dengan view menghadap danau. Kini, masyarakat lokal pun membangun tempat-tempat peristirahatan di sana. Ada yang dipakai sendiri, ada pula yang disewakan.

Dibanding kawasan wisata lain di Bali, Bedugul memang beda. Hawa yang sejuk dan suasana yang tenang membuat orang betah berlama-lama di sana. Biasanya, wisatawan yang datang dan menginap di Bedugul adalah wisatawan 'berkelas'. Mereka tinggal di sini agak lama untuk menikmati ketenangan.

Wisatawan juga bisa sepuasnya menikmati keindahan danau sembari berperahu keliling danau atau memancing. Jika enggan berperahu atau memancing, Anda bisa duduk berlama-lama di restoran di tepi danau sambil melepas pandangan jauh ke tengah danau. Jagung rebus, yang dijajakan para pengasong, bisa menjadi teman setia. Jagung hangat yang masih mengepul itu bisa Anda beli dengan 'uang kecil' Rp 700 per biji.

Bedugul bukanlah kawasan wisata yang mahal. Harga makanan dan tarif penginapan relatif murah. Ingin menginap dengan tarif Rp 40 ribu per malam? Tak sulit mendapatkannya di Bedugul, yang dikenal sebagai kawasan penghasil dan pemasok sayur-sayuran untuk Denpasar. Namun, jika menginginkan penginapan yang lebih bergengsi, Anda bisa memilih sebuah vila berisi dua kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dan dapur dengan tarif Rp 300 ribu per malam.

Untuk makanan, jangan khawatir akan menguras kantong Anda. Dibanding Nusa Dua, Kuta, Sanur, dan Denpasar, harga makanan di Bedugul relatif lebih murah. Hanya dengan Rp 6.000, Anda sudah dapat menikmti satu porsi nasi campur dan segelas teh manis. Sementara di Denpasar, makanan serupa mesti Anda tebus dengan harga Rp 8.000, bahkan bisa mencapai Rp 20 ribu jika Anda membelinya di Nusa Dua.

Untuk makanan, sempatkan mencicipi makanan khas Bedugul yakni satai kelinci. Harganya cukup murah, hanya Rp 6.000 untuk satu porsi atau sepuluh tusuk. ''Kita tidak membedakan harga. Walau yang berbelanja wisatawan asing, harga tetap lokal,'' kata Patakun, pemilik warung satai kelinci di Pasar Bedugul.

Anda yang ingin bersantap dengan menu lain juga tersedia. Ada nasi campur, ayam goreng, atau satai/gulai kambing. Bagaimana dengan kehalalan makanan-makanan itu? Tentu, Anda harus menanyakannya. Namun jangan terlampau khawatir, sebab pedagang makanan di Bedugul yang rata-rata Muslim, sangat memperhatikan soal ini.

Kawasan wisata sebaik Bedugul, mestinya bisa menyerap wisatawan secara maksimal. Namun faktanya, wisatawan asing yang datang ke sini tak lebih dari 20 persen dari total jumlah wisatawan yang datang ke Bali. Itu pun hanya sebagian kecil saja yang menginap. ''Kami menyediakan penginapan dan disewakan untuk wisatawan, tetapi hingga kini belum banyak yang memanfaatkannya,'' kata Wenni S Lestari, petugas Humas Kebun Raya Eka Karya Bedugul.

Sementara wisatawan domestik, umumnya tidak mendapat informasi lengkap mengenai kawasan wisata ini. Alhasil, mereka lebih memilih tinggal di Denpasar ketimbang Bedugul. Padahal, jika melihat jarak tempuh yang hanya 45 km dari Denpasar, mestinya Bedugul menjadi alternatif mereka untuk menginap. Belum lagi jika mengingat tarif penginapan dan harga makanan yang lebih murah.

Melakukan perjalanan wisata ke Bedugul sebenarnya sangat menguntungkan. Ini karena biro perjalanan wisata biasanya menempatkan wisata ke Bedugul dalam satu paket dengan kunjungan ke objek wisata lainnya seperti Hutan Kera Sangeh, Pura Taman Ayun, dan Pura Tanah Lot. Jika berkunjung ke Bedugul pagi hingga siang hari, maka sore harinya dimanfaatkan untuk menikmati panorama matahari terbenam di Tanah Lot.

P. Siberut, Mentawai; Nikmati Eksotisme Primata Siberut

Seperti sebuah salam kenal, seekor monyet hitam berhidung pesek berekor seperti ekor babi itu bertengger di ketinggian pohon, memandang tajam ke arah para pelancong. Pohon itu persis di depan salah satu pondok berdinding papan stasiun riset primata Mentawai di hutan Paleonan, Siberut Utara, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat Sesaat kemudian, Simakobu, demikian nama lokal monyet endemik Mentawai itu, bergegas lari menuju rerimbunan pohon di balik pondok dan Menghilang.

Hutan Paleonan merupakan salah satu lokasi terbaik untuk melihat populasi keempat jenis monyet endemik di habitat aslinya. Di sana, populasinya relatif banyak dan belum terusik keserakahan manusia. Tentu saja selain di kawasan Taman Nasional Siberut (TNS).

Meskipun begitu, tak mudah bagi para pelancong berlama–lama mengamati aktivitas keempatnya. Bahkan, lolongan bilou yang umumnya terdengar setiap pagi hari pun tak juga membangunkan kami. Maklum, hujan menjadi keseharian di Paleonan. Seperti manusia, primata pun enggan muncul menunggu cuaca bersahabat.

Jika hujan turun, aktivitas yang seharusnya bisa kita lakukan terpaksa dihentikan, sambil menunggu hujan reda kita bisa bersantai di pondok utama stasiun riset Proyek Konservasi Siberut (SCP). Waktu diisi mengobrol, berdiskusi, membaca, minum teh/kopi, atau bermain catur. Sesekali kita bisa menggunakan binokular atau monokular untuk mengamati burung. SCP dikelola Pusat Primata Universitas Gottingen, Jerman, menggandeng Institut Pertanian Bogor (IPB).

Bagi peselancar, pantai barat Siberut adalah tantangan yang patut ditaklukan. Kebudayaan penduduk asli Mentawai juga menjadi atraksi wisata. Pada bulan–bulan tertentu, para peselancar atau penyelam asing menyewa kapal pesiar dari Padang atau Australia. Kapal–kapal mewah itu sekaligus menjadi hotel terapung yang siap memuaskan hati para penyewanya.

Pulau Siberut berjarak 120 mil laut dari Kota Padang, terpisah Selat Mentawai. Dua kapal motor (KM) dan satu kapal cepat Mentawai Ekspres berbagi jadwal melayani rute Siberutan Padang PP setiap pekannya.

Bagi Anda yang cukup waktu menyesuaikan jadwal keberangkatan kapal cepat sekaligus tidak ingin berlama–lama membelah selat, Mentawai Ekspres adalah satu–satunya pilihan. Berkursi empuk, empat jam perjalanan, dan berpendingin udara. Tentu tarifnya lebih mahal dari kapal motor.

Menggunakan kapal motor, tarif Rp 80.000 per orang berarti tidur di geladak, sedangkan tarif Rp 100.000 dapat tempat tidur di bilik berkapasitas 45 tempat tidur di lantai atas kapal. Jangan tanyakan gerahnya. Di geladak bawah, para penumpang berbagi tempat dengan muatan kapal mulai dari aneka penganan warung, sayur–mayur, bahan pokok, hingga sepeda motor.

Untuk membunuh sepi, penumpang kapal motor dapat menonton televisi di lantai atas kapal, mengobrol di buritan, atau tidur. Tak sedikit yang membentuk lingkaran, berjudi. Jangan lupa pula menyiapkan buku bacaan, minyak angin, atau tablet antimabok.

Bagi Anda yang melewati rute Muara Siberutar Muara Sikabaluan atau sebaliknya, pemandangan menarik menanti. Beberapa kelompok lumba-lumba berenang bebas sambil memunculkan punggungnya.

Pulau Siberut memang menyimpan potensi alam, budaya, dan ekonomi luar biasa. Sayangnya, semua itu belum tergali secara cerdas. Keberadaannya justru kian terancam. Salah satu ancaman terbesarnya adalah eksploitasi hutan dalam skala besar.

Padahal, hutan adalah akar segala eksotisme Siberut, sekaligus jantung dan napas masyarakat asli Mentawai. Eksotisme primata endemik hanyalah secuil pesan pentingnya menjaga alam Siberut tetap lestari.