Wednesday, August 8, 2007

Biak; Sarana Uji Nyali di Alam yang Masih Asli

Biak tentunya tak asing lagi ditelinga kita. Salah satu wilayah kabupaten di Provinsi Irian Jaya ini memiliki potensi wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi. Wisata bahari menjadi primadona kawasan ini, karena setiap pulau di kabupaten ini dikelilingi pantai berpasir putih serta panorama laut yang jernih dan warna-warni terumbu karang yang masih asli.

Ada beberapa obyek wisata bahari yang layak dijual, seperti di sepanjang gugusan kepulauan Padaido, keindahan bawah laut dengan berbagai jenis dan warna-warni ikan serta karang. Pantai Yendidori, Pantai Korem, dan Pantai Bosnik memiliki daya tarik pantai pasir putih dengan panorama alam yang indah. Kepulauan Insubabi dan Miospondi memiliki taman laut dengan aneka jenis ikan.

Selain itu, terdapat Taman Burung dan Taman Anggrek. Di real seluas lima hektar ini anda bisa menyaksikan keanekaragaman fauna dan berbagai jenis tanaman anggrek. Ada pula wisata sejarah, seperti Museum Cenderawasih yang menyimpan koleksi sisa peralatan Perang Dunia II, bekas rumah tinggal Jenderal McArthur, bekas pangkalan militer sekutu, goa Jepang sebagai tempat pertahanan, serta bangkai tank dan kapal.

Jangan lupa mampir ke Pulau Wundi yang menyisakan peninggalan PD II Amerika melawan Jepang. Seperti lapangan terbang milik tentara sekutu, markas angkatan perang sekutu, bekas-bekas senjata api milik tentara sekutu, tugu peringatan Perang Dunia II dan Goa Lima Kamar persembunyian tentara Jepang. Di pulau ini terdapat sumur tua peninggalan Belanda yang masih digunakan penduduk setempat hingga sekarang. Di kampung ini para tamu dapat bersantai sambil menikmati makanan khas Biak dan berbelanja cenderamata.

Anda juga bisa menguji nyali dengan menyelam dan menyaksikan bangkai pesawat Catalina sisa PD II. Mengunjungi Pulau Samakur yang dihuni ribuan burung dari berbagai jenis serta beragam jenis hewan. Hewan-hewan ini datang bergantian pada siang dan malam hari. Siang hari Samakur ditempati gerombolan kelelawar dan menjelang senja, saat kelelawar keluar dari pulau, giliran burung camar, elang dan sejenisnya yang masuk ke pulau ini.

Sempatkan singgah di Pulau Rurbas yang dikelilingi tembok sehingga terkesan ada bangunan setengah tembok yang memisahkan air laut dengan pesisir pantai pulau itu. Di beberapa tempat ratusan lumba-lumba menampakkan diri dengan berloncatan di sepanjang permukaan laut.

Setiap pulau di wilayah ini memiliki keunikan sendiri. Pulau Pakreki, misalnya, sebagai titik batas antara Padaido Atas dan Padaido Bawah. Pulau ini tidak berpenghuni dan memiliki kondisi pantai atau air laut sangat sempurna. Di sebelah utara dan timur pantainya landai, lebih cocok untuk snorkeling. Sementara sebelah barat cukup curam dan biasanya digunakan sebagai areal penyelaman. Kegiatan menyelam di perairan Biak, khususnya di Kepulauan Padaido, dapat dilaksanakan setiap saat.

Pulau Mromswi, tepatnya di Kampung Nyamsorin sebagai tempat persinggahan para wisatawan setelah melewati perjalanan panjang menjelajah pulau. Kampung ini punya kebiasaan memasak yang khas. Dua onggokan barapen atau bara api yang diletakkan di antara batu-batu karang. Barapen ini merupakan budaya khas masyarakat Biak. Di atas barapen itu diletakkan ikan panggang yang mereka sebut ikan kulit pasir. Bagian kulit luar ikan mirip pasir halus, berbentuk ceper dan bagian kepala memiliki cula yang panjangnya 3-10 sentimeter. Ikan jenis ini biasanya disuguhkan kepada para tamu kehormatan dan rasanya gurih.

Luas pulau-pulau tersebut sekitar 2-20 kilometer persegi dengan jarak antarpulau 500 meter hingga 5 kilometer. Pulau terbesar adalah Mromswi dan terkecil Pulau Pasi. Pulau yang paling aman, indah, dan tenang untuk tinggal dan berekreasi adalah Dawi. Di pulau ini pada malam hari kita dapat menyaksikan adegan seru perebutan isi daging kelapa antara ketam kenari (Birgus latro) dan kuskus. Daging kelapa kering sengaja diikatkan di atas pohon kemudian ketam kenari dan kuskus berebutan. Tidak gampang mencapai pulau ini. Butuh waktu sekitar dua jam menggunakan kapal motor dari Pelabuhan Tiptop dengan tarif Rp 600 ribu-Rp 1 juta.

No comments: